Jumat, 20 April 2012
manajemen retail
2.1 Pengertian Retail
Retailing adalah serangkaian kegiatan usaha yang memberikan nilai tambah pada
produk dan jasa yang dijual kepada pelanggan untuk penggunaan pribadi atau
keluarga (Levy, 2009). Terkadang orang-orang berpikir bahwa retailing hanya
penjualan produk di toko, namun retailing juga mencakup penjualan jasa seperti
praktek dokter, tukang cukur rambut, dan tempat penyewaan DVD. Retail juga
dapat berarti kegiatan usaha yang menjual produk dan jasa secara langsung
kepada konsumen tanpa melalui perantara.
Perusahaan membutuhkan jasa retailer karena retailer dapat menciptakan nilai
tambah dari barang dan jasa yang dibuat oleh perusahaan tersebut. Mereka juga
memfasilitasi distribusi barang dan jasa dari pabrik ke konsumen. Penciptaan nilai
tambah dari retailer disebabkan karena retailer dapat:
a. Menyediakan berbagai macam jenis barang dan jasa
Karena retailer mengambil barang dari berbagai jenis perusahaan, maka
konsumen dapat mencari bermacam-macam jenis barang di toko retail.
Keanekaragaman jenis barang dan jasa dapat meningkatkan keinginan
konsumen berbelanja di toko tersebut.
b. Menjual dalam jumlah yang sedikit
Untuk mengurangi biaya transportasi, perusahaan mengirim barang ke
retailer dalam jumlah yang besar. Selanjutnya retailer yang akan
membaginya dalam jumlah yang lebih sedikit yang kemudian baru akan
dijual ke konsumen. Konsumen dapat membeli dalam jumlah yang lebih
sedikit dan perusahaan juga dapat menefisiensikan biaya akan distribusi ke
konsumen dengan tidak harus mendistribusikan barang dengan jumlah
kuantitas yang sedikit.
c. Menyimpan inventory
Retailer dapat menyimpan barang dengan kuantitas yang cukup agar
konsumen dapat membelinya ketika dibutuhkan. Konsumen dengan
keterbatasan ruang penyimpanan akan kesulitan apabila membeli barang
dalam jumlah banyak seperti daging atau makanan beku. Oleh karena itu,
konsumen tetap dapat menyimpan dalam jumlah sedikit karena
mengetahui bahwa retailer memiliki stok barangnya.
d. Menyediakan jasa penjualan
Retailer menyediakan jasa penjualan seperti penggunaan kartu kredit, hal
ini memungkinkan konsumen untuk membeli barang pada saat ini dan
membayarnya di akhir bulan. Retailer juga memperlihatkan produk yang
membuat konsumen dapat melihat bahkan mencobanya sebelum membeli.
Toko adalah tempat dimana konsumen melakukan pembelian yang
terencana maupun yang tidak terencana (Tirmizi et al, 2009). Toko ini
menjual puluhan bahkan ratusan jenis barang setiap hari, dan konsumen
membeli barang tersebut dengan sebagian dari pendapatan mereka.
Konsumen bergantung kepada pendapatan dan waktu yang mereka
keluarkan dalam melakukan pembelian. Hal ini membuat konsumen akan
melakukan pembelian terencana, apabila konsumen melakukan pembelian
secara tidak terencana maka dapat dikategorikan sebagai pembelian
impusif.
2.2 Tipe-Tipe Retail
Retail dapat dibagi menjadi berbagai jenis, hal yang paling sederhana untuk
membaginya adalah dengan melihat retail mix. Retail mix atau dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai bauran retail adalah empat elemen yang retailer
gunakan untuk menemenuhi kebutuhan konsumen (Levy, 2009). Keempat elemen
itu adalah:
a. Tipe dari barang dagangan (merchandise)
Berbagai jenis barang dagangan membedakan tipe dari retail yang ada,
contoh dari barang dagangan adalah pakaian, sepatu, barang elektronik,
makanan, perhiasan, koper, alat olahraga, dan produk kecantikan
b. Variasi dan jenis barang dagangan (variation and assortment)
Variasi adalah jumlah kategori barang yang retailer sediakan, sedangkan
jenis barang dagangan (assortment) adalah jumlah jenis yang berbeda di
dalam kategori barang dagangan.
c. Jasa yang disediakan
Jasa yang ditawarkan oleh retailer dapat membuat satu retailer berbeda
jenisnya dengan retailer lain. Contoh jasanya adalah penyediaan tempat
parkir, menerima pembayaran dengan kartu kredit, menerima perbaikan,
menerima pengembalian barang, jasa pengiriman, dan jasa membungkus
kado. Terkadang agar konsumen menikmati jasa ini, retailer menuntut
pembayaran.
d. Harga
Harga juga menjadi penentu jenis dan tipe dari retail, harga dapat dibagi
menjadi rendah, rata-rata, dan tinggi. Harga juga dapat berubah apabila
terdapat discount atau potongan harga, bisa juga karena ada suatu kejadian
hari atau keadaan khusus seperti lebaran, natal, dan tahun baru.
Dari variabel-variabel diatas maka
2.3 Motivasi Konsumen Berbelanja
Motivasi seseorang berbelanja adalah salah satu kunci untuk membangun
penelitian mengenai perilaku konsumen dalam berbelanja dan menunjukkan
relevansi yang tinggi dalam merumuskan strategi pemasaran retail (Wagner,
2007). Wagner menyimpulkan terdapat dua pendorong motivasi konsumen dalam
melakukan pembelian, yaitu:
a. Shopping Experience (Pengalaman Berbelanja)
Pengalaman konsumen ketika berbelanja dapat menjadi suatu
motivasi konsumen akan melakukan pembelian. Suasana toko yang
nyaman adalah atribut yang paling sering diperhatikan oleh
konsumen ketika berbelanja produk pakaian dan dihubungkan
dalam kepuasan berbelanja. Selain itu, pengalaman belanja yang
menyenangkan menjadi hubungan yang kuat terhadap kepuasan
konsumen secara keseluruhan.
b. Shopping Convenience (Kenyamanan Berbelanja)
Kenyaman berbelanja didorong oleh lowongnya tempat didalam
toko, suasana toko yang tidak terlalu ramai, dan layout toko yang
teratur. Kenyamanan berbelanja selanjutnya terhubung dengan
keinginan konsumen mencari produk yang diinginkan dengan
mudah. Selain itu, kemudahan dalam menjangkau toko menjadi
pendorong terjadinya konsumen cepat membeli.
Selain itu Wagner juga menemukan adanya empat alasan konsumen melakukan
pembelian, yaitu:
a. Frictionless Shopping
Keinginan konsumen dalam prosess berbelanja tanpa kesulitan
mungkin menjadi faktor yang paling dominan dalam motivasi
konsumen berbelanja. Wagner membagi hal yang harus
diperhatikan oleh toko untuk meningkatkan konsumen berbelanja
menjadi tiga, yaitu Toko (layout, ruangan toko, atmosfer toko,
akses toko, merchandise, dan suasana toko yang tidak terlalu
ramai), Personil (ramah, kompeten, menonjol, dan tersedia bila
dibutuhkan), dan yang terakhir adalah jenis barang (pilihan dan
style dari produk).
b. Shopping Pleasure (kepuasan berbelanja)
Hasrat konsumen dalam berbelanja menunjukkan keinginan sosial
mereka untuk menerima pengalaman yang diberikan oleh suasana
toko dan karyawannya.
c. Value Seeking
Tidak dapat dihindari bahwa keinginan konsumen dalam
berbelanja adalah mencari harga yang tidak terlalu mahal atau
harga yang dapat mereka jangkau. Konsumen mencari barang yang
harganya tidak terlalu mahal, memiliki nilai yang mereka anggap
pantas dengan harganya, dan harga yang terjangkau.
d. Quality Seeking
Konsumen juga mencari produk yang berkualitas ketika berbelanja,
sehingga mencari produk yang berkualitas dapat menjadi motivasi
konsumen dalam berbelanja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar